Ayi Ghayo Onam dan Ziarah Kubur, Tradisi Yang Melekat di Masyarakat Kampar  

KAMPAR – Kabupaten Kampar merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Riau dengan julukan Kota Serambi Mekkah. Kabupaten ini memiliki kekayaan budaya dan tradisi islam yang masih sangat di jaga hingga sekarang. Semua berpadu dalam harmoni keseharian kehidupan bermasyarakat.
 
Kegiatan-kegiatan keagamaan dilaksanakan serta dipadukan oleh warga Kampar. Terkhusus pada masyarakat Sipungguk, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar. Salah satunya seperti pelaksanaan hari raya enam atau yang akrab disebut "Ayi Ghayo Onam" yang bertepatan pada tanggal 7 Syawal, atau 6 hari setelah diadakannya hari raya Idul Fitri.
 
Beberapa hari sebelum kegiatan ini dimulai, masyarakat melaksanakan gotong royong untuk membersihkan area sekitar pemakaman agar terlihat bersih dan indah, sehingga peziarah tetap khusyuk memanjatkan do'a bagi pendahulu mereka di tiap makam.
 
“Perayaan tahun ini jauh lebih meriah. Sebab dua tahun berturut-turut tak dapat dirayakan dengan meriah karena pandemi yang melanda Indonesia bahkan dunia,” ujar Evi Marlina, seorang warga setempat.
 
Rombongan peziarah sangat antuas menyinggahi sejumlah makam yang tersebar di beberapa desa. Kaum pria  berjalan kaki dari satu makam ke makam lain. Mulai dari golongan anak-anak hingga orang tua sangat antusias dalam meramaikan kegiatan ini. Rangkaian tradisi ini ditutup dengan makan bersama para peziarah yang biasa disebut dengan makan Bajambau yang dihidangkan oleh ibu-ibu warga setempat. Biasanya makan Bajambau ini dilakukan di teras atau halaman Masjid sebagai titik kumpul akhir para peziarah.
 
“Semoga adat dan tradisi ini tetap bisa kita jaga dan kita lestarikan sebab hal ini merupakan tradisi turun temurun yang ada di Kampar, serta tradisi ini dapat menjalin ukhwah islamiyah kita antar sesama,” ujar Mawardi selaku Kepala Desa Sipungguk.
 
Tentang Ayi Ghayo Onam atau Hari Raya Enam.

Ayi Ghayo Onam atau Hari Raya Enam merupakan tradisi turun temurun dari zaman dahulu sampai saat ini yang masih terus dilestarikan oleh masyarakat Kampar.  Adapun tradisi ini biasanya dilakukan enam hari setelah lebaran idul fitri dengan tujuan mendo`akan keluarga yang telah mendahului.
                             
 
Penulis: Risqah Helvi.
Mahasiswa UIN Suska Riau, jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi.


[Ikuti RiauBernas.com Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar